Annida Putriga 10511945
Indra Purnama 13511606
Rangga Lanoberta 15511868
Teni Karlina 17511072
Belajar dan Mengajar
Kreatif
1.
Arti Belajar
a. Pengertian
Belajar Kreatif
Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara
individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu
maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif
(Munandar, 1995 : 12). Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang
relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger
(1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif adalah
“menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan, kesenjangan dalam
pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak harmonisan dan sebagainya.
Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan kesukaran, atau menunjukkan
(mengidentifikasi) unsur yang tidak ada, mencari jawaban, membuat hipotesis,
mengubah dan mengujinya, menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan
hasil-hasilnya” . Sedangkan proses belajar kreatif menurut Torance dan Myres
berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai : “keterlibatan dengan sesuatu
yang berarti, rasa ingin tahu dan mengetahui dalam kekaguman, ketidak
lengkapan, kekacauan, kerumitan, ketidakselarasan, ketidakteraturan dan
sebagainya.
Jadi kreativitas belajar dapat
diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya
baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang diperoleh dari
guru dalam proses belajar mengajar yang berupa pengetahuan sehingga dapat
membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
b. Proses
Belajar Kreatif
Proses
pembelajaran kreatif pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Berdasarkan kutipan regulasi pendidikan
tersebut, dapat dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran
pada satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus
diselenggarakan secara aktif, inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan dalam
suasana yang mengesankan dan bermakna bagi peserta didik. Dengan kata lain
dapat disimpulkan bahwa perundangan dan peraturan pendidikan yang berlaku di
Indonesia, mengindikasikan pentingnya diterapkan strategi pembelajaran yang memperdayakan
peserta didik.
Proses
pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian
target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan
pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas
yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru
menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya siswa hanya duduk,
mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi
siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Jika
secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka
dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang
mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak
simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan materi-materi pembelajaran, dan
lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap mata pelajaran. Dalam hal
peningkatan prestasi belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
c. Mengapa
Belajar Kreatif itu Penting ?
Dalam
kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu
kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Treffinger (dalam
Reni Akbar Hawadi, dkk, 2001:13) mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang
tidak memiliki kreativitas. Kreativitas penting dalam proses belajar mengajar,
terutama bagi guru. Guru diperlukan kemampuan untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan dan kondusif agar siswa terangsang untuk lebih ingin mengetahui
materi, senang menanyakan, dan berani mengajukan pendapat, serta melakukan
percobaan yang menuntut pengalaman baru. Hal ini penting bagi guru dalam
kegiatan belajar mengajar dengan harapan agar siwa mendapat kesempatan untuk
mengukir prestasi secara optimal. Akan lebih bermakna dalam tugas
perkembangannya bagi para pelajar, apabila pengelolaan, pengembangan dan
peningkatan kreativitas mencakup potensi akademik dan non akademik. Dengan itu,
potensi-potensi kreatif siswa akan dapat tersalur dan teraktualisasi secara
optimal.
d. Tiga
Tingkat Belajar Kreatif (Model Inffinger)
Pada
tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak dapat berpikir
secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan
benar atau salah. Kemampuan afektif yang dikembangkan meliputi rasa ingin tahu
(dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil
resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun jawaban yang disampaikan
salah), percaya diri (siswa berani dalam menentukan jawaban yang berbeda dengan
jawaban temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat
dikembangkan meliputi kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang digunakan anak
dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda), kelenturan (dilihat
dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang disampaikan siswa) dan lain
sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada
pengembangan kemampuan penyelesaian masalah dan keterbukaan terhadap perbedaan.
Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi keterbukaan perasaan majemuk (yaitu
keterbukaan dalam menerima gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan
dan ketenangan dalam menerima gagasan yang berbeda), penggunaan khayalan dan
tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan masalah yang dihadapi) dan
lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu meliputi penerapan
(penggunaan apa yang tersedia dalam menyelesaikan masalah yang diberikan),
analisis (mendiskripsikan segala masalah yang ada), sintesis (ketrampilan
memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), evaluasi (penilaian
terhadap jawaban teman dan diri sendiri sehingga menghasikan jawaban yang
paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada bagaimana anak dapat
mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya
dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya. Kemampuan afektif pada tingkat ini meliputi
pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide
sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap
menghasilkan ide baru dalam setiap kegiatan penyelesaian masalah), dan lain-lain.
Sedangkan kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan meliputi pengajuan
pertanyaan secara mandiri (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri),
pengarahan diri (mampu menentukan sendiri langkah-langkah menyelesaikan masalah
tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan
segala yang ada disekitar untuk memperoleh jawaban yang diinginkan), dan
pengembangan produk (mengembangkan ide yang ada sebelumnya sehingga diperoleh
ide baru), dan lain sebagainya.
2.
Mengajar Kreatif
Jelaskan Tehnik Belajar
Kreatif, yang meliputi :
a. Memberikan
Pemanasan
Teknik
pemanasan, yaitu memberikan pertanyaan – pertanyaan terbuka yang menimbulkan
minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga diperoleh gagasan sebanyak
mungkin.
b. Pemikiran
& Perasaan Terbuka
Teknik
pemikiran dan perasaan berakhir terbuka, yaitu mengajukan pertanyaan –
pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai macam jawaban.
- Memupuk
Iklim Belajar Kreatif
a. Menerapkan
Strategi Memupuk Iklim Belajar Kreatif
Belajar
adalah sebagai sesuatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap, yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar kreatif berhubungan erat dengan
penghayatan terhadap pengalaman belajar yang sangat menyenangkan, yang
dijalaninya melalui tahapan-tahapan kreativitas. Untuk itu perlu ditumbuhkan
iklim kelas yang menghargai dan memupuk kreativitas dalam semua segi. Tidak
cukup menyediakan waktu 30 menit sehari untuk kreativitas; hal ini tidak akan
meningkatkan kemampuan kreatif siswa. Diperlukan pendekatan yang lebih
komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan ini.
b. Menjelaskan
tentang Saran-saran dalam Memupuk Belajar Kreatif
Untuk
mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antara guru dan anak
dalam prose belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya peran orang tua
anak tersebut. Kreativitas anak juga akan berkembang dengan hadirnya guru
professional yang kreatif sebagai pemicu lahirnya inovasi proses dan hasil
pembelajaran yang bermutu tinggi.
Daftar
Pustaka :
Basuki, Heru. 2006. “pengembangan kreativitas”
melalui, http://www.heru.staff.gunadarma .ac.id.
Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Bumi Aksara
M.M Sutopo, Tjetjep.2005.”Pengembangan Kreativitas
Anak”.Bandung:Depdiknas.
Utami Munandar,S.C(Ed.) 2002. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.