I. Terapi Humanistik Eksistensial
Dalam buku Teori dan Praktek Konseling
Psikoterapi oleh Gerald Corey (1999), terapi eksistensial
juga bertujuan membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pemilihan
nilai dan kesadaran bahwa dirinya bukan hanya sekedar korban kekuatan –
kekuatan deterministik dari luar
dirinya. Terapi eksistensial memiliki cirinya sendiri oleh karena pemahamannya
bahwa tugas manusia adalah menciptakan eksistensinya yang bercirikan integritas dan makna.
a.
Konsep dasar pandangan humanistic eksistensial tentang kepribadian
Psikologi
eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama
adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih – alih
suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia.
b.
Unsur-unsur terapi
1. Munculnya
gangguan
Model
humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian
besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan
manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat
banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan
realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta
merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi
kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing
individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik
kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada
1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2. Tujuan
terapis
Menyajikan
kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan, Menghapus
penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan
menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri, Membantu klien
agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3. Peran
terapis
Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama
yang mencakup hal-hal berikut :
·
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke
pribadi.
·
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis.
·
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan
terapeutik.
·
Berorientasi pada pertumbuhan.
·
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien
sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·
Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan
akhir terletak di tangan klien.
·
Memandang terapis sebagai model, bisa secara
implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·
Bekerja
kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
c. Teknik-teknik terapi humanistic eksistensial
·
Penerimaan
·
Rasa hormat
·
Memahami
·
Menentramkan
·
Memberi dorongan
·
Pertanyaan
terbatas
·
Memantulkan
pertanyaan dan perasaan klien
·
Menunjukan
sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien
·
Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
II. Person Centered Therapy (Rogers)
a. Konsep dasar pandangan rogers
tentang kepribadian
Tingkah
laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realita secara
subyektif. Bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri.
Manusia itu Bebas, Rasional, Utuh, mudah berubah, sebjektif, heterostatis, dan
sukar di pahami. Tori Rogers adalah memanusiakan manusia.
Konsep
pokok yang mendasari adalah menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self),
aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Roger
konstruk inti terapi berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep
menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
b. Unsur-unsur terapi
1. Munculnya gangguan
Carl Rogers (1902-1987), berpendapat
bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah
pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya
terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada
aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center
Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati
dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan
terapeutik.
2.
Tujuan terapi
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan –
tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi
adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis
memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan –
perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan
perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang
tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali
atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi
penilaian.
3.
Peran terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik,
berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik –
teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan
bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan
bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis
menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka
menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga
menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan
merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah
dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan
mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya
fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
c.
Teknik-teknik terapi
Untuk
terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada
teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup
terapi, yaitu :
·
Empathy
Empati adalah kemampuan terapis untuk
merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada
mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang
atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan
bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh
dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan
pembelajaran.
·
Positive Regard (acceptance)
Positive Regard yang di kenal juga sebagai
akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi –
sangat menghargai klien karena keberadaannya.
·
Congruence
Congruence / Kongruensi adalah kondisi
transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan –
pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya
bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
III. Logo
Terapi
a. Konsep
dasar pandangan frankl tentang kepribadian
Mencari makna dalam hidup inilah prinsip
utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep
dasar, yakni kebebasan berkeinginan maksudnya adalah Konsep kebebasan
berkeinginan (freedom of will), mengacu pada kebebasan manusia untuk menentukan
sikap (freedom to take astand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologi,
dan sosiokultural, keinginan akan makna, dan makna hidup.
b.
Unsur-unsur terapi
1. Munculnya gangguan
Logoterapi
inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic
Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung
menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan
terapi
* memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
* menyadari
bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan
bahkan terlupakan.
* memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak
kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
3. Peran
terapi
Menjaga hubungan yang akrab dan
pemisahan ilmiah. Terapis pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien
dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab
(seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia
melibatkan diri dalam teknik terapi).
Mengendalikan filsafat pribadi.
Maksudnya adalah terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien,
karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut
nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang
bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
Memberi makna lagi pada hidup. Salah
satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya.
Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan
tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini
memberi makna pada kepada hidupnya.
c.
Teknik-teknik logo terapi
Intensi
Paradoksikal. Teknik intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan
Frankl berdasarkan kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang
ditimbulkan oleh antisipasi individu atas suatu situasi atau gejala yang
ditakutinya. Intensi paradoksikal adalah keinginan terhadap sesuatu yang
ditakuti.
Derefleksi.
Derefleksi merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan
ini pada suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan
kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu
diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat.
Sumber :
- Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
- oduska, Bernard. 2000. 4 Teori Kepribadian. Jakarta: Restu Agung.
- Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT ERESCO