NPM : 15511868
Kelas : 3 PA 11
A. Pengantar
1. Definisi Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno
ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen
mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti
“mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa
latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa
Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa
Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga
berasal dari bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah
manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada
keseragaman.
2. Definisi Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam
suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang
mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik. Konsep
kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang organisasi dan
manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek individual seorang
pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut menerapkan
kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti segala
perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas bukan bagi
dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.
3. TEORI KEPEMIMPINAN CONTINGENCY FIEDLER
(Matching Leaders and Tasks)
Fiddler mendefinisikan efektivitas
pemimpin dalam hal performa grup dalam mencapai tujuannya. Fiddler membagi tipe
pemimpin menjadi 2: yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada
maintenance. Dari observasi ini ditemukan fakta bahwa tidak ada korelasi konsisten
antara efektifitas grup dan perilaku kepemimpinan. Pemimpin yang
berorientasi pada tugas akan efektif pada 2 set kondisi.
·
Pada set yang pertama, pemimpin ini sangat
memiliki hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas yang didelegasikan pada
anggota sangat terstruktur dengan baik, dan memiliki posisi yang tinggi dengan
otoritas yang tinggi juga. Pada keadaan ini, grup sangat termotivasi melakukan
tugasnya dan bersedia melakukan tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya.
·
Pada set yang kedua, pemimpin ini tidak memiliki
hubungan yang baik dengan anggotanya, tugas yang diberikan tidak jelas, dan
memiliki posisi dan otoritas yang rendah. Dalam kondisi semacam ini, pemimpin
mempunyai kemungkinan untuk mengambil alih tanggung jawab dalam mengambil
keputusan, dan mengarahkan anggotanya.
Kepemimpinan
tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin
mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi2 yg spesifik.Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi
yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak
ada satu gaya atau
pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita
pahami bahwa strategi yg paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu
situasi ke situasi lainnya.
Penerimaan
kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang
dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach.Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tsb harus dipertimbangkan.
Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni
mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektip dibanding
para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada
orang/hubungan baik dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah
ataupun sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih
efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
4. MODEL
KEPEMIMPINAN NORMATIF MENURUT VROOM DAN YETTON
Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model
kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan,
atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci
metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
a. Autocratic
I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada
pemimpin.
b. Autocratic
II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh
anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian
informasi yang mereka berikan.
c. Consultative
I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui
ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu
membuat keputusan.
d. Consultative
II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat
diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
e. Group
II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok,
serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
5. Path-Goal Theory dan Kepemimpinan
Sekarang ini salah satu pendekatan yang paling
diyakini adalah teori path-goal,
teori path-goal
adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House,
yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan
pada inisiating structure
dan consideration
serta teori pengharapan motivasi.
Menurut teori path-goal,
suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang
ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa
mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang membuat bawahan
merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (menyediakan
ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif
(Robins, 2002).
Model path-goal
menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan
melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan
sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan
antara usaha dan prestasi (path-goal)
dengan valensi dari hasil (goal
attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif
ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka
lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga
mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu
bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
B. Perencanaan
dan Penetapan Manajemen
1. Definisi
dari Perencanaan Manajemen
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan
dapat berjalan.
Perencanaan merupakan suatu proses yang tidak
berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan,
rencana harus diimplementasikan . Setiap saat selama
proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana memerlukan
modifikasi agar tetap berguna. Perencanaan kembali
terkadang dapat menjadi faktorkunci pencapaian sukses
akhir. Oleh karena itu perencanaan harus
mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu
menyesuaikan diri dengansituasi dan kondisi yang baru secepat
mungkin. Perencanaan juga merupakan pemikiran
kegiatan-kegiatan apa saja sebelumdilaksanakan.
Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai
metode, rencana, atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat
. Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan
keputusan (decision Making), proses pengembangan dan penyeleksian
sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Keputusan-keputusan harus dibuat pada bebagai tahap
dalam proses perencanaan.
2.
Langkah-Langkah
dalam Menyusun Perencanaan Manajemen
Langkah-langkah dalam perencanaan, dimana secara garis
besarnya terdiri dari empat langkah dasar perencanaan yang bisa diterapkan
untuk semua tipe jenajang organisasi/ lembaga/ institusi. Langkah-langkahnya
antara lain adalah :
·
Menetapkan sasaran : Kegiatan
perencanaan dimulai dengan menetapkan apasaja yang ingin dicapai oleh
organisasi, tanpa dasar yang jelas, sumber daya yang ada akan meluas menyebar
dengan menetapkan prioritas dan merinci serta mengkalkulasi sasaran secara
jelas maka organisasi dapat mengarahkan sega sumber daya yang lebih efektif dan
efisien serta tepat guna dan tepat sasaran.
·
Merumuskan Posisi Organisasi :
Posisi organisasi saat ini diman pimpinan harus tahu dengan posisi
organisasinya saat ini. Sumber daya apa yang dimiliki organisasinya saat ini.
Barulah rencana dapat disusun setelah diketahui posisi organisasinya,
kekuatan-kekuatan yang akan melaksanakan dari apa-apa yang telah direncanakan
dengan mengetahui keuangan dan statistic organisasi saat ini.
·
Mengidentifikasi berbagai faktor :
Mengetahui factor-faktor pendukung dan penghambat selanjutnya perlu diketahui
factor-faktor baik dari dalam maupun yang datang dari luar yang diperkirakan
dapat membantu dan mendukung serta yang menghambat organisasi untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
·
Menyusun langkah-langkah untuk mencapai sasaran : Langkah terakhir dalam menyusun perencanaan adalah
mengembangkan berbagai kemungkinan alternative atau langkah yang diambil untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan, mengevaluasi alternative ini dengan memilih
mana yang baik dan mana yang dianggap cocok dan memuaskan.
3. Manfaat Perencanaan dalam Suatu Organisasi
Organisasi
adalah dimana sekumpulan orang-orang saling berpendapat dan mengerjakan suatu
hal dimana hal tersebut membutuhkan suatu hasil yang diharapkan oleh satu
organisasi tersebut.Organisasi membutuhkan suatu perencanaan untuk memudahkan
pekerjaan mereka dalam memutuskan suatu keputusan yang ingin diambil.
Manfaat perencanaan bagi organisasi :
Manfaat perencanaan bagi organisasi :
a.
Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan
b.
Membuat tujuan lebih khusus,terperinci dan mudah
di pahami
c.
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
d.
Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
4. Jenis-Jenis Perencanaan dalam Organisasi
a. Perencanaan Strategis, Perencanaan
strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh
tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan
tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk mencapainya.
b. Perencanaan Taktis / Taktik, Pada tingkat
kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area fungsional
bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh tingkat
organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah
mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian.
c. Perencanaan Operasional, Ketidakpastian
yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan harus berasimilasi pada
pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan menafsirkan keputusan
strategis, tingkat tertinggi, ke dalam rencana konkrit di tengah dan membuat
rencana yang akan dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi lagi menjadi rencana
operasional dan rincian yang akan dijalankan pada tingkat operasional.
d. Perencanaan Normatif, Mengacu pada
penciptaan standar, kebijakan serta peraturan yang ditetapkan untuk operasi
organisasi. Hal ini bergantung pada pembentukan standar, metodologi dan metode
untuk berfungsinya kegiatan yang direncanakan.
# Daftar Pustaka
·
psikologi.binadarma.ac.id/jurnal_marcel_rita.pdf.indonesian
·
Arief Bowo PK,
SE., MM. “Perencanaan”. Jakarta: Universitas Mercu Buana, 2008